Eurovision

    Mengapa Eurovision begitu gay?

    Lelaki heteroseksual punya sepak bola dan kaum gay punya Eurovision.

    Eurovision adalah malam yang gemerlap dan sangat norak setiap tahunnya ketika Eropa (dan sekarang sebagian besar dunia) berkumpul untuk berpesta dengan lagu-lagu pop hits, pakaian flamboyan, koreografi yang dipertanyakan, dan drama pemungutan suara yang memicu meme selama berhari-hari. Namun, ini juga merupakan salah satu acara paling aneh di dunia. Pria heteroseksual memiliki sepak bola dan pria gay memiliki Eurovision. Mari selami sejarah yang penuh payet tentang bagaimana Eurovision menjadi sangat gay.

    Awal yang Sederhana (dan Tidak Ada Payet yang Terlihat)

    Ketika Eurovision dimulai pada tahun 1956, acaranya cukup serius. Kontes pascaperang ini lebih tentang membina perdamaian dan persatuan di seluruh Eropa melalui musik daripada membuat pernyataan atau memukau penonton. Bayangkan balada, jas, dan banyak interaksi yang sehat. Jauh dari tontonan flamboyan yang kita kenal sekarang.

    Saat itu, acaranya adalah acara formal, dengan orkestra dan balada mendominasi panggung. Tidak ada mesin tiup, tidak ada kembang api, dan jelas tidak ada waria yang terlihat. Jadi, bagaimana kita bisa berubah dari sederhana menjadi luar biasa?

    Pertunjukan Glam, Camp, dan Outlandish Dimulai

    Perubahan ini dimulai pada tahun 70-an, berkat artis seperti ABBA. Jujur saja, Eurovision dan budaya gay berutang banyak pada ABBA. Ketika grup super Swedia itu memenangkan kontes pada tahun 1974 dengan "Waterloo," mereka membawa kemewahan dan kemilau ke tingkat yang sama sekali baru. Dengan kostum liar, alunan musik yang menarik, dan perpaduan pop dan rock yang meyakinkan, mereka menyiapkan panggung untuk apa yang bisa terjadi pada Eurovision: tontonan memukau yang penuh dengan penampilan yang berlebihan.

    Anda akan melihat betapa lugasnya Eurovision jika Anda menonton acara tahun 1974 secara penuh. Olivia Newton-John mewakili Australia dengan penampilan yang konservatif - ia akhirnya menjadi lebih menarik di awal tahun 80-an saat merilis "Physical". Pembuka acara, seorang penyanyi folk dari Finlandia, juga konservatif dengan pakaiannya yang sopan dan bergaya Victoria. 

    ABBA benar-benar mengguncang dunia dengan insting mereka yang aneh. Dan sebelum Anda menunjukkan bahwa keempat anggota ABBA adalah heteroseksual, begitu pula Liza Minnelli!

    Visibilitas LGBTQ+ di Panggung Eurovision

    Seiring berkembangnya sikap terhadap hak-hak LGBTQ+ di Eropa, Eurovision menjadi ruang tempat seniman queer dapat berkembang.

    Salah satu momen awal yang menonjol dari visibilitas kaum queer di Eurovision adalah pada tahun 1998 ketika penyanyi transgender Israel Dana International menang dengan lagu "Diva." Itu adalah momen penting bagi visibilitas kaum trans di media arus utama dan sejarah Eurovision.

    Artis seperti Conchita Wurst, yang menang pada tahun 2014 dengan "Rise Like a Phoenix," dan kontes yang menampilkan banyak sekali penari drag, gender-bending, dan androgini terus memperkuat statusnya sebagai acara gay tahun ini.

    Subteks Queer Diubah Menjadi Perayaan Penuh

    Yang juga menarik adalah bahwa Eurovision mulai mencerminkan subteks queer jauh sebelum menjadi queer secara terbuka. Lagu-lagu tentang kebebasan, mengatasi kesulitan, atau menang atas penindasan sering kali mendapat sambutan hangat dari penggemar LGBTQ+. Dalam banyak hal, Eurovision menawarkan soundtrack untuk kehidupan queer, meskipun liriknya metaforis dan dibumbui schlager pop.

    Pada tahun 2000-an, subteks berubah menjadi perayaan yang tidak berdasar dan penuh semangat. Eurovision memanfaatkan statusnya sebagai kamp dan mulai menerima kenyataan bahwa acara ini digemari oleh penonton LGBTQ+ di seluruh dunia. Penyiar dan pembawa acara sering kali memberikan penghormatan yang halus (dan tidak terlalu halus) kepada para penggemar queer Eurovision, dan negara-negara mulai menampilkan pertunjukan yang menarik bagi penonton ini. Para penampil menggunakan gaya drag, mode yang mengubah gender, dan tema kamp yang tidak perlu dipertanyakan lagiā€”dan para penggemar menyukainya. Bahkan para penampil heteroseksual mulai meniru penonton yang sebagian besar gay, menyadari bahwa mereka harus memenangkan hati para gay untuk memenangkan hadiah.

    bergabung dengan Travel Gay Buletin

    What's On Today

    Lebih Banyak Berita Perjalanan Gay, Wawancara dan Fitur